Menilik Kearifan Lokal Wisata Ketangkasan Adu Domba Di Garut



Menilik Kearifan Lokal Wisata Ketangkasan Adu Domba Di Garut -
Haii apa kabar semuanya?? semoga kalian baik-baik saja. Baik kali ini saya akan memberitahu kepada kalian semua dan penggemar blog saya. Disini saya akan memberikan sebuah informasi tentang Jelajah Kota Garut yang dilakukan di kota Garut pada tanggal 4 - 6 November 2019 untuk karantina. Pastinya bagi kalangan penulis buku online seperti blogger sangat mengapresiasi event dari Bitread. Saya sendiri sangat ingin menulis buku lagi di Bitread setelah tahun kemarin menang lomba blog Writingthon Asian Games 2018.

Bagi saya dahulu waktu umur 12 tahun tentang mengenai kota Garut saya hanya mengetahui makanan khas dodol Garut karena ada teman datang dari Garut membawa oleh-oleh dodol khas Garut, jadi saya sangat namun minim informasi baik dari Budaya, Wisata, Sejarah, Gaya Hidup masyarakat kota Garut. Namun di era 4.0 atau era serba jaman teknologi internet berbasis informasi sungguh sangat cepat untuk mengakses segala informasi yang ada. Bisa dipastikan kali ini saya mendapatkan informasi tentang kota Garut melalui platform Google.

Sebelum bercerita tentang Menilik Kearifan Lokal Wisata Ketangkasan Adu Domba Di Garut, saya akan menjelaskan kota Garut baik dari segala sejarah dan semuanya namun tetap fokus pada judulnya. Selamat datang di Kota Garut, dimana keindahan alam priangan berpadu-padan dengan kekayaan produk budaya masyarakatnya. Garis pantainya yang terpanjang di Provinsi Jawa Barat juga melengkapi rangkaian pegunungannya. Santapan makanan lezat khasnya hanya bisa dikalahkan oleh ramah tamah warganya. Selamat datang di Garut, Surga di Tanah Priangan.

Kota Garut merupakan kota yang berlokasikan di timur kota Bandung. Tempat yang disebut Swiss Van Java oleh Charlie Chaplin. Dahulu kota ini terkenal dengan buah jeruknya, namun sayang dikarenakan meletusnya gunung Galunggung pada tahun 1982, buah jeruk idaman kota Garut tersebut perlahan-lahan semakin sedikit di kawasan ini. Namun, Kabupaten Garut bukan hanya jeruk saja yang dimiliki, banyak potensi-potensi yang dapat digali dari wilayah ini, sebagai contohnya dodol garut yang terkenal ke seantero nusantara. 

Garut juga yaitu salah satu kota priangan timur di daerah Jawa Barat dan merupakan salah satu kabupaten yang terletak sekitar 64 km sebelah tenggara Bandung ibu kota Jawa Barat dan sekitar 250 km dari Jakarta. Garut berada pada ketinggian 0 m sampai dengan 2800 meter, berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia di sebelah selatan yang memanjang sekitar 90 km garis pantainya. Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56’49” – 7 º45’00” Lintang Selatan dan 107º25’8” – 108º7’30” Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :

Utara               : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang

Timur               : Kabupaten Tasikmalaya

Selatan            : Samudera Indonesia

Barat               : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Map_of_West_Java_with_cities_and_regencies_names.png
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung ini sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hitterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh sebabt itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung sekaligus pula berperan penting di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.

Kota Garut memiliki jenis gunung-gunung yang menjulang, termasuk salah satunya Gunung Gede (atau Gunung Papandayan), Gunung Guntur dan Gunung Cikuray. Pada saat fajar, pemandangan gunung terkesan misterius dengan lingkup area kabut yang menebal dan terlihat dari kejauhan. Pada saat kala senja di saat matahari berwarna merah dan mulai menghilang di ufuk barat, kesan lingkup kabut yang tebal itu pun muncul kembali.

Pada zaman era 20-an, Garut juga dikenal sebagai Swiss van Java atau bisa dibilang Jawa bagian Swiss, karena pesona alamnya yang menakjubkan dengan kontur lokasi yang sangat eksotis dan disempurnakan dengan hawa yang sejuk dan bersih. Bukan suatu hal aneh jika Garut yang begitu indah kemudian dijadikan kota wisata oleh seorang Belanda yang bernama Holke van Garut (seorang gubernur kesayangan pemerintah Belanda pada tahun 1930-1940) dan melihat kabupaten ini berpotensi sehingga dijuluki sebagai ”Switzerland van Java” dan kemudian mendirikan bangunan hotel di sana. Di wilayah ini juga pernah mendirikan dua hotel yaitu bernama Hotel Belvedere dan Hotel Van Hengel.

Kemudian pada pertengahan tahun 1950-an Garut terkenal dengan sebutan Kota Intan. Jarak lokasi yang tidak begitu jauh dari kota Bandung itu, menjadikan kota Garut cukup ramai di kunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal ini bisa dapat terlihat dengan cukup padatnya kota ini terutama pada akhir minggu atau musim libur anak sekolah dan kantor.

Di sudut bagian Utara, Timur, dan Barat didominasi pemandangan hijau dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan nan hijau di mata. Sedangkan bagian permukaan alam Selatan Kota Garut cenderung berbentuk relatif curam dengan corak alam pantai yang berbatasan langsung dengan  laut lepas Samudera Hindia.

Secara garis besar, kota Garut memiliki iklim tropis basah ( human tropical climate ) dengan klasifikasi iklim Koppen. Karena faktor iklim dan cuaca Garut ini dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : (1). Pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), (2). Topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan (3) Elevasi topografi di Bandung. Kapasitas curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 18° C – 26° C.

Bahasa dan Budaya Masyarakat Garut
Sebagian besar masyarakat Garut yaitu suku Sunda dan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa asli dan bahasa sehari-hari. Suku Sunda terkenal dengan keramahan-tamhahnya, kelembutannya, serta sopan santunnya. Kemudian bahasa yang digunakan terbagi atas 3 bagian yaitu kasar, lembut, dan bahasa untuk sesama (didaerah Jawa seperti Ngoko, Krama Madya, dan Krama Inggil). Contohnya aku atau saya, untuk bahasa kasarnya aing, lembutnya abdi/simkuring, dan bahasa untuk sesama adalah urang. Sebagai contoh lagi kata punteun seringsekali diucapkan ketika ingin melewati orang yang ada di sekitar. Hal ini berarti masyarakat Sunda sangat menghormati norma-norma yang ada sejak dulu. 

Adapun bahasa Sunda yang masih dianggap masih murni dan halus adalah bahasa yang digunakan di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi dan Cianjur sedangkan bahasa Sunda yang kurang halus dipakai oleh masyarakat yang mendiami sebelah pantai utara, misalnya Banten, Karawang, Bogor dan Cirebon.

Budaya Adu Domba Garut

Masyarakat kota Garut pun mempunyai kegiatan mingguan dan tahunan. Lalu ada acara kesenian yang paling terkenal adalah Seni Adu Domba yang merupakan kesenian turun temurun sejak nenek moyang masyarakat kota Garut. Adalagi upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat adat di Garut. Upacara Seba yang dilaksanakan oleh masyarakat adat Ciburuy, Upacara Ngalungsur oleh masyarakat Godog dalam rangka menghormati benda-benda peninggalan Sunan Godog, Upacara ke Makam Karomah, Upacara 12 Mulud, dan Upacara 14 Mulud yang dilakukan oleh masyarakat adat Kampung Dukuh. Ada juga Hajat Laut Pakidulan oleh masyarakat Cikelet dalam rangka kepercayaan mereka mensyukuri hasil laut yang telah diberikan Allah SWT.

Berbicara tentang domba ternyata di Garut hampir setiap hari Minggu kebudayaan adu domba ini dilaksanakan. Pertandingan adu domba ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun, meskipun sedang tidak memperebutkan piala, pertandingan sengaja digelar untuk mencari calon domba yang memiliki potensi menjadi juara untuk dilombakan lagi. Sebagian kalangan masyarakat kota Garut, domba yang memenangkan pertandingan harganya pun ikut melambung tinggi atau mahal. Faktor lain yang tidak dipisahkan dengan seni ketangkasan domba ini adalah kehadiran music nan Rancak khas Sunda. Selain memeriahkan suasana adu Domba, kendang dan terompet serta alunan sinden dapat menyemangati peserta. Sekarang seni ketangkasan domba ini menjadi bagian dan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat kota Garut. Bahkan sekarang tersebar moto”Tandang di Lapang, Gandang di Lapang” yang artinya "indah dipandang serta enak jadi pemenang".

Sejarah Kebudayaan Adu Domba

Asal usul mula domba Garut adalah persilangan dari domba local dengan domba jenis Capstaad dari Afrika Selatan dan domba Merino dari Australia. Dari ketiga jenis domba tersebut lahirlah varietas baru yang disebut "Domba Garut". Selain dimanfaatkan dagingnya untuk dikonsumsi, juga sebagai destinasi pariwisata di kota Garut. Domba Garut dipercaya berasal dari domba lokal, khususnya domba local dari daerah Cibuluh dan Wanaraja yang memiliki ciri sangat spesifik, yaitu memiliki kombinasi telinga rumpung. Kepercayaan ini pun diakui oleh masyarakat Garut bahwa memiliki Domba lokal mampu bisa membawa kemenangan dan juga hiburan.

Pada tahun 1900, bermula dari seorang anak gembala yang iseng ketika melihat domba yang digembalakannya memiliki sifat agresif dan sensitif, maka para pengembala Domba Garut mengadu domba jantan mereka satu sama lain. Pada tahun 1905 orang tua para gembala atau juragan pemilik Domba, mulai memiliki ketetarikan dan membuat agenda khusus untuk meyelenggarakan kegiatan yang akhirnya meluas ke wilayah lain seperti ke Kabupaten Bandung dan Sumedang. Pada tahun 1920-1930 kegemaran adu Domba Garut ini dilaksanakan di kota seperti di alun-alun kota Bandung. Tahun 1942-1949 kegiatan adu Domba dihentikan karena masa perang kemerdekaan. Tahun 1953 mulai ramai kembali, bahkan pada 1960 muncul arena-arena adu Domba. Pada tahun 1970-an berdirilah organisasi yang bernaungi mengurusi adu Domba disebut HPDI (Himpunan Peternak Domba Indonesia), kemudian pada tahun 1980 berubah menjadi HPDKI(Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia) dan disepakati untuk mengubah istilah adu domba menjadi ketangkasan domba hal ini untuk mengubah citra adu Domba yang negatif dan terkesan senantiasa terkait dengan perjudian menjadi istilah yang memiliki makna konotasi positif. Selanjutnya dibawah wadah HPDKI ini hampir setiap tahun menjelahng hari-hari bersejarah diadakan kontes lomba dan ketangkasan Domba Garut antar kabupaten dan kotamadya se-Jawa Barat.


Pada tahun 1983 diadakan kontes dan ketangkasan domba di Kecamatan Mandirancan, Kab Kuningan sekaligus diadakannya rapat HPDKI yang dihadiri hampir seluruh yang dihadiri hampir dari seluruh cabang. Salah satu butir rapat yang disetujui ialah mengubah istilah kontes dan ketangkasan domba menjadi Kontes Seni Ketangkasan Domba, sehingga dalam penyelenggaraan selanjutnya penekanan tangkas lebih diarahkan pada seni, bukan pada tangkasnya. Penilaian lebih dititik-beratkan pada adeg-adeg (postur, jinjingan, ules, warna, bulu, corak, atau motif bulu). Keindahan pengambilan ancang-ancang, pola serangan atau teknik pukulan, teknik menghindari dan hal-hal lain yang menyangkut estetika.

Kota Garut sebagai kota yang dikelilingi sekitar pegunungan memiliki berbagai macam hasil buah tangan karya masyarakatnya, baik itu berupa budaya, kesenian, norma, maupun pariwisatanya. Tidak dipungkiri, meski Garut adalah kota kecil di Provinsi Jawa Barat. Akan tetapi dengan adanya budaya yang unik di kabupaten Garut membuat kota yang disebut Swiss Van Java ini banyak dikunjungi orang. Wisatawan mengenal Garut dari adu domba-nya, ada yang kenal dari dodol garut-nya, wisata air panas-nya dan sebagainya yang perlu dikembangkan lagi.

Rasanya saya ingin sekali mengunjungi kota Garut, pada saat disana  saya ingin menceritakan ke keluarga dan teman-teman saya jika saya berhasil lolos mengikuti lomba ini. Tak lupa juga saya ingin reunian dengan teman-teman saya yaitu Writingthon Asian Games 2018 dan mendapatkan teman baru serta pengalaman baru. I wish i can enjoy Garut cityy...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel