Singkong adalah Umbi Utama Makanan Pokok Pasca Era Penjajahan



Singkong adalah Umbi Utama Makanan Pokok Pasca Era Penjajahan - Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal dari kampung. Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang berbahan dasar singkong mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut masih bermotivasi untuk “mengangkat derajat” singkong supaya lebih bergengsi. Artinya, singkong masih dianggap sebagai bahan makanan rendahan.

Di mata pemerintah dan masyarakat, singkong pun dianggap sebagai bahan makanan lokal yang perlu digalakkan sebagai bahan makanan pokok alternatif. Istilah bahan makanan lokal juga perlu dicermati, sebab tanaman singkong ternyata bukan berasal dari Indonesia.

Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. 
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai   bahan   makanan   pokok   penduduk   asli   Amerika   Selatan   bagian   utara,   selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan  daerah-daerah  itu,  budidaya  tanaman  singkong  pun  dilanjutkan  oleh  kolonial Portugis dan Spanyol.

Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810. Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Di Indonesia singkong, atau ubi kayu, bodin, sampai mempunyai arti ekonomi penting dibandingkan dengan umbi-umbi lainnya. Jenis ini kaya akan karbohidrat dan merupakan makanan pokok di daerah tandus di Indonesia. Selain umbinya, daunnya mengandung banyak protein yang dipergunakan berbagai macam sayur, dan daun yang telah dikayukan digunakan sebagai pakan ternak. Batangnya digunakan sebagai kayu bakar dan seringkali dijadikan pagar hidup. Produk olahan dari bahan singkong dapat ditemukan di beberapa tempat berikut ini : Malang, Kebumen, DI Yogyakarta, Kebumen, Temanggung. Berbagai macam produknya antara lain: mie, krupuk, tiwul instan, kue lapis, bidaran, stick, pluntiran, tiwul, gatot,

Untuk pemasaran singkong tersebut sudah tidak mengkhawatir lagi   jika tidak laku dijual karena sekarang sangat mudah untuk menjual hasil panennya bahkan sudah ada pemborong langsung dari Bandar Lampung yang mengambil disini.


SPESIFIKASI:

Nama umum

Indonesia: Singkong, Ketela pohon, ubi kayu, [pohung, kasbi, sepe, boled, budin (Jawa)], sampeu (Sunda), kaspe (Papua) 
Inggris:     Cassava, tapioca plant
Pilipina:    Kamoteng kahoy
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus    : Manihot
Spesies  : Manihot esculenta Crantz

Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang
2, dan Andira 4.


Di dunia, ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

SYARAT PERTUMBUHAN

1.   Iklim

a)  Curah  hujan  yang  sesuai  untuk  tanaman  ketela  pohon  antara  1.500-2.500 mm/tahun.
b)  Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat  C. Bila suhunya di bawah 10   derajat   C   menyebabkan   pertumbuhan   tanaman   sedikit terhambat,  menjadi  kerdil  karena  pertumbuhan  bunga  yang  kurang  sempurna. 
c)  Kelembaban   udara   optimal   untuk   tanaman   ketela   pohon   antara   60-65%. d)  Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama    untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

2.   Media Tanam

a)  Tanah  yang  paling  sesuai  untuk  ketela  pohon  adalah  tanah  yang  berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.

b)  Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.

c)  Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

3.   Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

BUDIDAYA Pedoman Budidaya :
1.   Pembibitan

  • Persyaratan Bibit

Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)  Ketela   pohon   berasal   dari   tanaman   induk   yang   cukup   tua   (10-12   bulan). b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam. c)  Batangnya      telah      berkayu      dan      berdiameter  + d)  Belum tumbuh tunas-tunas baru. 2,5 cm lurus.

  • Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)  Bibit berupa stek batang.

b)  Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.

c)  Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d)  Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.


2.   Pengolahan Media Tanam.

  • Persiapan

Kegiatan yang  perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah: 
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.

b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik. 

c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanamanlainnya (tumpang  sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.

d)  Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi  panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.

  • Pembukaan dan Pembersihan Lahan

Pembukaan  lahan  pada  intinya  merupakan  pembersihan  lahan  dari  segala macam  gulma  (tumbuhan  pengganggu)  dan  akar-akar  pertanaman  sebelumnya. 
Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.

Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.

  • Pembentukan Bedengan

Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

  • Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah  gembut,  perlu  dilakukan  pengapuran.  Jenis  kapur  yang  digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

3.   Teknik Penanaman

    Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi.  Jarak  tanam  yang umum  digunakan  pada  pola  monokultur  ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X
150 cm.


    Cara Penanaman 

Cara  penanaman  dilakukan  dengan  meruncingkan  ujung  bawah  stek  ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

4.   Pemeliharaan Tanaman

    Penyulaman

Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti  dengan bibit  yang baru/cadangan.  Bibit atau tanaman muda  yang  mati  harus  diganti  atau  disulam.  Pada  umumnya  petani  maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.

    Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu          (gulma)  yang  hidup  di  sekitar  tanaman.  Dalam  satu  musim penanaman minimal dilakukan 2       (dua) kali penyiangan.

    Pembubunan

Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti  guludan. Waktu  pembubunan dapat bersamaan dengan waktu  penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis  karena hujan  atau terkena air siraman  sehingga perlu dilakukan pembubunan/ditutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.

    Perempalan/Pemangkasan 

Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon  tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

    Pemupukan

Pemupukan  dilakukan  dengan  sistem  pemupukan  berimbang  antara  N,  P,  K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K=
2/3 : 0 : 2/3.


    Pengairan dan Penyiraman

Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab,  tidak  terlalu becek. Pada tanah  yang  kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini  dapat  merusak  tanah.  Sistem  yang  baik  digunakan  adalah  sistem  genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

    Waktu Penyemprotan Pestisida

Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

Hama dan Penyakit

Hama 

a. Uret (Xylenthropus)

C iri                : berada dalam akar dari tanaman.
Gejala : tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian  : bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin     pada saat pengolahan lahan.
b. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri            : menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun               tersebut.
Gejala       : daun akan menjadi kering.
Pengendalian    :menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

Penyakit

a.   Bercak daun bakteri
Penyebab        : Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala : bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati.
Pengendalian   : enanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
a.   Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith) 
Ciri                  : hidup di daun, akar dan batang.
Gejala              : daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk.
Pengendalian  : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1,          Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

b.   Bercak daun coklat (Cercospora heningsii) Penyebab         : jcendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala : daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati.

Pengendalian  : melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

d, Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica) Penyebab         : cendawan yang hidup pada daun.
Gejala             : adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian   :memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian             tanaman yang sakit .

Gulma

Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.

Khusus gulma dari golongan teki ( Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan  yang dilakukan 2-3 kali  permusim  tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati- hati.

Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang ( Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodondactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

PANEN
1.   Ciri dan Umur Panen

Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.

2.   Cara Panen

Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

F.  PASCA PANEN
1.   Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.

2.   Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

3.   Penyimpanan

Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a)  Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan. 
b)  Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c)  Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d)  Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.


4.   Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus  untuk  pemasaran  antar pulau  maupun  diekspor, biasanya  umbi  ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.

Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.



MANFAAT TANAMAN :


Dilansir dari Nutrition and You, singkong memiliki jumlah kalori dua kali lipat dibandingkan kentang. Maka tak salah jika singkong menjadi salah satu makanan pokok sebagai sumber karbohidrat. Dalam 100 gram singkong, mengandung 160 kalori, sebagian besar terdiri dari sukrosa.

Singkong lebih rendah lemak dibandingkan sereal dan kacang-kacangan. Walaupun begitu, singkong memiliki kandungan protein yang tinggi dibandingkan ubi, kentang dan pisang. 

•     Singkong  kaya  akan  vitamin  K  yang  memiliki  peran  dalam  membangun  masa  tulang.

Sehingga konsumsi singkong dapat menurunkan risiko osteoporosis. Selain itu, vitamin K akan  melindungi  dan  berperan  penting  dalam  pengobatan  pasien  Alzheimer  dengan membatasi kerusakan saraf di otak.

Umbi yang lezat ini merupakan sumber dari vitamin B kompleks dan kelompok vitamin seperti folates, thiamin, piridoksin (vitamin B-6), riboflavin, dan asam pantotenat. Riboflavin berperan dalam pertumbuhan tubuh dan memproduksi sel darah merah untuk mengurangi anemia.

Singkong merupakan sumber mineral yang penting bagi tubuh, antara lain seng, magnesium, tembaga, besi, dan mangan. Selain itu, singkong memiliki jumlah kalium yang cukup sebagai komponen penting pembentukan sel tubuh dan mengatur tekanan darah.

Sebuah penelitian seperti dilansir Affleap menunjukkan manfaat singkong sebagai penurun kadar kolesterol jahat dalam darah. Tidak hanya itu, singkong juga dapat menurunkan kadar trigliserida dan menjadi sumber serat yang bagus. Tak heran jika singkong dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, kanker usus besar dan membantu mengendalikan diabetes. Dengan catatan, singkong diolah dengan cara kukus atau rebus.

Rheumatik. Caranya, ambil 5 lembar daun singkong, campurkan sedikit dengan kapur sirih, kemudian remas-remas sampai daun singkongnya hancur. Selanjuttnya, oleskan pada bagian yang terasa linu atau yang terserang rheumatik. Lakukan 3 kali sehari.

Luka karena garukan. Caranya, ambil singkong secukupnya, kupas dan parut, kemudian tempelkan / bobokan pada luka beras garukan dan diperban. 
Kutu air. Caranya, ambil singkong yang masih muda dan baru dipetik dari batangnya. Kupas dan parut, kemudian tempelkan pada bagian yang kena kutu air. Jika kering, ulangi sekali lagi. Lakukan 2 kali sehari.

Isi Kandungan Gizi Singkong - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan

Singkong  adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Singkong mengandung energi sebesar 154 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 36,8 gram, lemak 0,3 gram, kalsium 77 miligram, fosfor 24 miligram, dan zat besi 1,1 miligram.  Selain itu di dalam Singkong juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,06 miligram dan vitamin C 31 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Singkong, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 85 %.


Selain itu, juga ada informasi yang secara rinci juga mengungkapkan mengenai Komposisi

Kandungan Nutrisi/Gizi pada Singkong  yaitu sebagai berikut : Nama Bahan Makanan : Singkong
Nama Lain / Alternatif : Ketela Pohon / Ubi Kayu

Banyaknya Singkong yang diteliti (Food Weight) = 100 gr

Bagian Singkong yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 75 % Jumlah Kandungan Energi Singkong = 146 kkal
Jumlah Kandungan Protein Singkong = 1,2 gr Jumlah Kandungan Lemak Singkong = 0,3 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Singkong = 34,7 gr Jumlah Kandungan Kalsium Singkong = 33 mg Jumlah Kandungan Fosfor Singkong = 40 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Singkong = 1 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Singkong = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Singkong = 0,06 mg

Jumlah Kandungan Vitamin C Singkong = 30 mg

Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya. 
Manfaat singkong sebagai Bioethanol bahan energi alternatif pengganti minyak. Dimana, proses pembuatan bisa dibaca seperti berikut ini:

1. SEKILAS TENTANG BIOETHANOL


Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Secara umum Ethanol lebih dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorgum, beras, ganyong dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan nama Bioethanol.

Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu, nira, buah mangga, nanas, pepaya, anggur, lengkeng,dll. Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol.

Namun dari semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang setiap hektarnya paling tinggi dapat memproduksi bioethanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi.

Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan bahan baku tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan baku untuk memproduksi setiap liter ethanol. Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor.

Mengingat pemanfaatan ethanol beraneka ragam, sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol yang mempunyai grade 90-95% biasa digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bioethanol yang mempunyai 
grade 95-99% atau disebut  alkohol teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras dan bahan dasar industri farmasi.

Sedangkan grade ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous supaya tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bio-ethanol harus mempunyai grade tinggi antara 99,6-99,8 % (Full Grade Ethanol = FGE). Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel