Membangun Startup Unicorn Jangan Berharap Raih Untung Dulu


Membangun Startup Unicorn Jangan Berharap Raih Untung Dulu - Dalam membangun startup atau unicorn berbeda dengan bisnis pada biasanya. Tujuan utamanya adalah menjadi salah satu yang membuat keduanya berbeda. Jika untuk bicara bangun bisnis, kemudian tujuan lainnya adalah bottom line alias untung yang bersih, lalu bagaimana dengan startup?

Hasil dari beberapa mengikuti tiga sesi webinar tentang membangun startup di sebuah media, saya mendapatkan pemahaman tertaik target dalam membangun startup bukanlah keuntungan, melainkan solusi untuk para konsumen.

Startup yang menarik hati para investor yaitu perusahaan rintisan yang mampu memberikan banyak solusi untuk mempermudah atau mempercepat proses memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan  cara begitu, para konsumen bisa ketagihan menggunakan layanan startup tersebut.

Nantinya, semua itu akan tercermin dalam beberapa indikator sesuai jenis startupnya contohnya, startup e-Commerce memiliki indikator Gross Merchandise Value (GMV) alias seluruh nilai atau seluruh transaksi. Jadi, pada transaksi konsumen dengan merchant di sebuah e-Commerce menjadi GMV. Kalau e-Commerce dengan jumlah pengguna aktif dan merchantnya paling banyak, GMVnya pasti besar.

Namun, GMV bukanlah pendapatan dari startup e-Commerce. Indikator itu hanya untuk acuan seberapa besar pengguna dan aktivitas startup e-Commerce tersebut. Secara keseluruhan saja, startup ingin menjadikan dirinya sebagai top of mind  untuk solusi bagi masyarakat dengan pasar yang sudah ditargetkan. Terlebih lagi, startup yang mengklaim diri sebagai super app seperti start up Gojek dan Grab akan memburu jumlah konsumen yang melihat logonya di layar ponsel pintarnya. Soalnya, karakter super app mengarah kepada semua solusi ada dalam aplikasi tersebut.

Hasilnya, sebuah startup besar pasti akan mencatatkan pendapatan atau untung yang luar biasa selaras dengan jumlah penggunanya. Sayangnya, keuntungan yang luar biasa itu belum tentu berakhir dengan keuntungan. Soalnya, operasional teknologi dan SDM (sumber daya manusia) startup tidak murah sehingga biaya operasional bisa melebihi dari keuntungan. Artinya, startup itu merugi.

Build Startup untuk Merugi, tapi Tetap Menarik Minat Para Investor

Bottom line startup yang masih merah bukan sesuatu yang buruk juga sih. Investor pun tetap bakalan tertarik meski bottom line masih merah. Alasannya simple, investor akan melihat dari segi valuasi. Lalu, dari mana valuasi ini muncul? Valuasi ini muncul dari indikator seberapa besar sebuah startup bisa menangkap pasarnya atau konsumen. Indikator itu seperti GMV dan lainnya yang merepresentasikan jumlah pengguna dan menjadi acuan agar bisa mendapatkan pasar yang luas.

Enggak cuman itu, para investor juga melihat seberapa besar pendapatan sebuah startup. Acuan pendapatan diambil sebagai gambaran kalau model bisnis startup itu bisa menghasilkan uang. Terus dari mana para investor yang baik hati ini bisa untung dengan investasi di startup unicorn? Investor tidak cuma asal pilih startup, mereka akan memilih startup yang memiliki potensi besar, sanggup bertahan lama dan mempunyai masa depan. Harapannya, dengan memiliki saham startup itu saat seperti ini, para investor bisa mendulang untung setelah menjual sahamnya suatu saat nanti.

Lonjakan keuntungan investor startup bisa berkali-kali lipat dibandingkan dengan jumlah pendanaannya kepada perusahaan rintisan tersebut. Namun, pastinya memiliki risikonya juga besar, seperti startup itu gagal berkembang atau ada masalah model bisnis seperti kasus WeWork. Ada beberapa startegi exit investor dari sebuah startup. Misalnya, menggunakan strategi mendorong startup melantai di bursa atau mencarikan investor strategis lainnya untuk akuisisi startup tersebut.

Kenapa Startup Enggan Meminjam Uang ke Bank
Nah, setelah mengetahui model bisnis startup yang tidak mengejar target keuntungan itu membuat perusahaan rintisan tidak mencari pendanaan dari bank untuk tahap awal. Biasanya, startup yang mulai mencari pendanaan lewat bank adalah yang sudah mulai menemukan model bisnis untuk mendapatkan keuntungan banyak, serta mau menuju lantai bursa.

Jika baru membangun startup dan mencari pendanaan lewat bank, perusahaan rintisan itu bisa terjerat utang dan tidak fokus ke pengembangan produk dan solusi untuk konsumen. Hal ini yang membuat startup cenderung mencari pendanaan dari angel investor maupun perusahaan modal ventura. Namun, di sisi lain mendapatkan pendanaan dari situ justru lebih selektif ketimbang bank. Namun, pendanaan dari modal ventura membuat startup bisa fokus keuntungan dalam pengembangan solusi ke konsumen. Soalnya, konsep pendanaannya tidak dikejar-kejar agar untung dalam jangka dekat, meski ada beberapa modal ventura yang baru 6 bulan kasih pendanaan sudah nagih untung.

Selain itu, startup yang mendapatkan pendanaan dari modal ventura juga mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan bisnis. Bahkan, salah satu modal ventura memberikan bantuan divisi HRD sampai keuangan bagi startup yang dinaunginya. Enggak cuma itu, modal ventura juga memberikan akses untuk bisa mendapatkan pendanaan tambahan demi bisa mengembangkan bisnisnya. Nah, dengan begini, kalian yang ingin bikin startup, tetapi tujuannya mencari untung, artinya bukanlah membangun sebuah perusahaan rintisan. Itu hanya membuat bisnis biasa.

Lalu, perusahaan konvensional pun sulit untuk bersaing atau berkiblat ke startup besar. Penyebabnya, perusahaan konvensional sudah terjebak dalam sistem harus untung karena memiliki tanggung jawab ke pemegang saham dan karyawan yang pola pikirnya konvensional. Jadi, bagi perusahaan konvensional jalankanlah bisnis sesuai dengan jalurnya. Jangan mencoba berkiblat ke startup jika masih berharap untung besar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel