Dari Pontianak Untuk Indonesia Sehat Melalui Pencegahan Stunting dan Perlindungan Imunisasi


Dari Pontianak Untuk Indonesia Sehat Melalui Pencegahan Stunting dan Perlindungan Imunisasi - Gerakan demi gerakan yang di lakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menuai banyak pro dan kontra. Akan tetapi apa yang di lakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia semata-mata hanya untuk membuat masyarakat Indonesia Sehat, pastinya sesuai dengan nawacita Presiden Jokowi yaitu nomor 5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Nah, oleh karena itu Kementrian Kesehatan menanggapi dengan serius bahwa sesuai keinginan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengenai meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Seperti yang saya baca dan lihat langsung bahwa banyak sudah yang di lakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia membuat program-program untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia menuju Indonesia Sehat. 

Seperti halnya dengan isu-isu yang baru ini mengenai imunisasi Campak dan Rubella yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Dan juga melakukan program pencegahan stunting. Perlu di ketahui saya akan mengupas satu-satu mengenai tentang pencegahan stunting dan imunisasi. Jadi, di harapkan membaca dengan seksama dan perlahan-lahan agar bisa mengerti apa yang di maksud tulisan saya ini.

Pencegahan Stunting

Stunting merupakan penyakit gangguan tumbuh kembang yang menyebabkan anak memiliki postur tubuh pendek karena jauh dari rata-rata anak lain di usia sepantaran. Tanda-tanda stunting biasanya baru akan terlihat saat anak berusia dua tahun dan disitulah terdapat perkembangan seorang anak yang memiliki penyakit Stunting.

Stunting mulai terjadi ketika janin masih dalam kandungan disebabkan oleh asupan makanan ibu selama kehamilan yang kurang bergizi, kurang sehat dan kurang vitamin. Akibatnya, gizi yang didapat anak dalam kandungan tidak mencukupi untuk perkembangan yang sehat. Kekurangan gizi akan menghambat pertumbuhan bayi dan bisa terus berlanjut setelah kelahiran, maka dari itu setiap ibu hamil harus memakan makanan yang penuh asupan bergizi.

Kemudian stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi dan tidak tersedia. Bisa saja itu karena tidak diberikan ASI eksklusif, atau MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas termasuk zink, zat besi, serta protein.

Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar mencatat bahwa kasus stunting pada anak-anak terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 (45,6%) menjadi 47,2 persen pada tahun 2017. Tidak mengherankan jika negara Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting terbanyak. Stunting merupakan kondisi darurat di Indonesia dan merupakan tingkat level bahaya.

Adapun efek stunting tidak bisa dikembalikan seperti semula jika sudah terjadi, karena yang sudah terjadi biarlah terjadi. Terlebih, kekurangan gizi pada anak usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Maka, gangguan pertumbuhan ini harus segera ditangani dengan tepat namun selama menjadi ibu hamil harus mempunyai planning untuk membuat janin bayi jadi sehat, karena lebih baik untuk mencegah dari pada stunning.

Cobalah mencegah stunting pada anak sejak dari masa kehamilan
Salah satu faktor paling utama yang menyebabkan stunting merupakan asupan gizi anak yang tidak memadai dan tidak mencukupi ketika anak masih berusia balita. Akan tetapi sebenarnya, mencegah stunting sudah bisa dilakukan sejak dini semenjak masa kehamilan di awal mulai 2 minggu petama. Kuncinya tentu dengan fokus meningkatkan asupan gizi ibu hamil dengan makanan yang berkualitas baik, sehat dan segar. Zat besi dan asam folat adalah kombinasi nutrisi penting selama kehamilan yang dapat mencegah stunting pada anak ketika ia dilahirkan nanti.



Kenapa ibu hamil harus butuh asupan zat besi?
Kekurangan zat besi selama kehamilan sangat umum terjadi dan hampir selalu terjadi. Diperkirakan setengah dari semua wanita hamil di seluruh dunia kekurangan asupan zat besi.

Jika Anda tidak mendapatkan cukup zat besi dari makanan, tubuh Anda secara bertahap mengambilnya dari penyimpanan zat besi di tubuh Anda sehingga berisiko meningkatkan anemia. Menurut para ahli, anemia yang diakibatkan oleh kekurangan zat besi di dua trimester pertama dikaitkan dengan risiko dua kali lipat bayi lahir prematur dan tiga kali lipat risiko berat badan lahir rendah.



Daging merah, unggas, dan ikan adalah salah satu sumber zat besi terbaik dan di rekomendasi untuk ibu hamil. Namun, hindari makan hati ayam/kambing/sapi karena kandungan tinggi vitamin A-nya tidak aman selama kehamilan, karena sangat mempengaruhi tumbuh kembang si janin bayi anda. Anda juga bisa mendapatkan zat besi dari kacang-kacangan, sayuran, dan biji-bijian.

Selain dari makanan dan minuman anda juga harus mulai mengonsumsi suplemen zat besi dosis rendah (30 mg per hari) sejak konsultasi kehamilan pertama Anda. Dalam kebanyakan kasus pada umumnya anda akan mendapatkan asupan zat besi, zinc dan protein sesuai dengan kadar tersebut di dalam vitamin prenatal Anda. Seterusnya, Anda membutuhkan setidaknya 27 miligram zat besi setiap hari selama kehamilan Anda.

Kemudian, kenapa ibu hamil harus sangat butuh asam folat?
Asam folat memiliki peran yang sangat amat penting dalam perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi. Mengkonsumsi asam folat selama kehamilan dapat mengurangi risiko gangguan kehamilan hingga 72 persen bahkan 80 persen. Asam folat membantu mencegah cacat tabung saraf, penyakit bawaan lahir karena gagalnya perkembangan organ bayi, seperti spina bifida dan anencephaly.

Asam folat merupakan bagian dari grup vitamin B, tepatnya B9. Nutrisi ini dapat Anda temukan dalam daging unggas; sayur-sayuran hijau (buncis, bayam, seledri, asparagus, brokoli, lobak hijau, selada, kacang panjang; wortel; buah-buahan seperti jeruk, alpukat, buah bit, pisang, tomat, melon jingga; hingga jagung dan kuning telur. Biji-bijian seperti biji bunga matahari (kuaci), gandum dan produk olahan gandum (pasta) juga tinggi kandungan asam folat.

Untuk ibu hamil sering disarankan untuk menambah asupan asam folatnya lewat suplemen-suplemen. Ini bertujuan untuk memastikan Anda tetap mendapatkan jumlah yang sesuai untuk setiap hari. Dengan mengonsumsi adanya asam folat sebanyak 400 mikrogram (mcg) per hari, setidaknya mulai dari satu bulan sebelum Anda berencana hamil dan terus berlangsung sampai selama trimester pertama, ibu hamil akan mengurangi peluang bayi terkena risiko cacat tabung saraf sekitar 50–70%, sekaligus membantu mengurangi gangguan kelahiran lainnya termasuk mencegah stunting.

Nah, saya yakin bahwa Kementrian Kesehatan Republik Indonesia akan mempunyai tantang bagaiman cara mencegah pengidap penyakit stunting agar janin bayi yang ada pada ibu hamil tercukupi dan bergizi.

Tantangan Pemerintah Mencegah Stunting Melindungi Generasi Bangsa

Guru Besar Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Purwiyatno Haryadi MSc mengatakan,  stunting masih menjadi tantangan pemerintah di bidang kesehatan pada 2018 hingga tahun mendatang. “Penyebab pastinya bayi mengalami stunting sangat kompleks mulai dari pemberian ASI yang tidak cukup, pemberian MPASI yang tidak cukup, pengasuhan anak yang kurang tepat, faktor kondisi rumah, faktor infeksi, keamanan pangan dan air yang tak terjaga serta mutu dan gizi pangan yang buruk,” ujar Prof Purwiyatno.

Menurut Prof Purwiyatno sektor yang paling harus diintervensi pemerintah adalah kaitannya dengan keamanan pangan. "Dari sisi kesehatan bagaimana bisa mengatasi stunting melalui bidang keamanan pangan seperti kurangnya infrastruktur air bersih. Saya lihat perlu ada investasi keamanan pangan, seperti pedagang bakso, pentol atau jajanan anak-anak yang berada di sekolah baik dari SD,SMP,SMA," ujar Prof Purwiyatno.

Dengan melihat produksi pangan yang tidak sesuai kaidah Cara Produksi Pangan yang Baik (CPBB) menjadi tantangan keamanan pangan di Indonesia. Masih banyak pedagang makanan yang menghiraukan dengan kaidah ini dan melakukan penggunan bahan tambahan pangan yang berlebihan. Pemerintah harus memastikan terus perlindungan kesehatan publik dengan pembenahan standar keamanan pangan nasional.

Dan juga ketika aspek keamanan pangan diperhatikan, maka risiko anak-anak akan jatuh sakit dan mengalami gizi buruk bisa dicegah daripada di obat ke rumah sakit. Selain intervensi di bidang keamanan pangan, juga harus memperhatikan pentingnya dukungan multisektor untuk merevitalisasi Posyandu. Seperti diketahui, Posyandu merupakan pusat kegiatan penyuluhan di masyarakat yang turut mempengaruhi cakupan perbaikan gizi di suatu daerah.

Pencegahan Stunting perlu melibatkan banyak kementerian. Justru saya kira perlu adanya tim khusus untuk menangani secara khusus darurat stunting ini. Seperti, merevitalisasi posyandu, dimonitor apakah penyuluhan untuk pemberian makanan pada ibu hamil sudah tercapai?. Dan bagaimana mengajarkan masyarakat pentingnya pemberian makanan bergizi pada anak?

Saya mengutip kata dari spesialis anak konsultan dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) mengatakan, intervensi perlu diberikan kepada anak stunting. Dan juga ada tiga kategori pendek yang terdapat dalam data Riskesdas. Kategori yang memerlukan intervensi stunting adalah anak yang pendek dan kurus. Intervensi bisa berupa pemberian makan, makanan tambahan. Itu yang paling penting, dan zat bergizi.

Kemudian intervensi tak cukup hanya dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan gizi, melainkan dengan penyuluhan atau sosialisasi kepada ibu hamil. Mengingat stunting adalah masalah kesehatan yang di latar belakangi oleh beragam faktor, perbaikan di sektor-sektor lain juga perlu dilakukan. Setelah (pemenuhan gizi) itu, program lainnya seperti lingkungan, sanitasi, dan lain-lain harus diperbaiki juga sama-sama. Imunisasi harus.

Pentingnya Perlindungan Imunisasi

Mengutip dari sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id

Data Kemenkes pada Januari s.d Juli 2017 mencatat sebanyak 8.099 suspek Campak Rubella (2.535 positif Campak dan 1.549 positif Rubella). Apabila kita bandingkan dengan laporan kasus pasca pelaksanaan imunisasi massal di Pulau Jawa, laporan kasus mengalami penurunan menjadi 1.045 suspek Campak Rubella (38 positif Campak dan 176 positif Rubella).




Pada era tahun 60-an, dunia telah menemukan vaksin yang sangat efektif untuk mencegah penyakit Campak dan Rubella. Tiga dasawarsa berselang, pada tahun 1996 tercatat sejumlah 83 negara menggunakan vaksin Campak dan Rubella dalam program imunisasi rutin di negaranya, dan meningkat menjadi 130 negara pada tahun 2009. Hingga saat ini, sudah lebih dari 141 negara telah menggunakan vaksin Campak dan Rubella.

Mengingat besarnya beban dan permasalahan penyakit Campak dan Rubella, maka Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dari upaya bersama seluruh negara di dunia dalam mencapai eliminasi penyakit Campak dan pengendalian penyakit Rubella pada tahun 2020.

Sampai dengan Desember 2017, jumlah negara yang telah berhasil mengeliminasi Campak sebanyak 76 negara (39% dari total keseluruhan negara di dunia) dan mengeliminasi Rubella sebanyak 70 negara (36% dari total keseluruhan negara di dunia). Negara yang sudah mencapai eliminasi artinya tidak ditemukan lagi daerah yang selalu melaporkan kasus campak dan rubella dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 12 bulan dan tidak terjadi penularan penyakit campak dan rubella (zero transmission).

Sementara itu, sejak tahun 1982, Indonesia sudah melaksanakan pemberian imunisasi campak secara rutin untuk anak usia 9 bulan. Dalam kurun waktu 3 dasawarsa program imunisasi rutin campak ini berjalan, cakupan yang dicapai secara nasional sudah cukup tinggi namun tidak merata di seluruh wilayah sehingga masih ada daerah kantong yang berpotensi terjadi penularan yang masif atau kejadian luar biasa (KLB). Untuk vaksin Rubella, baru saja mulai digunakan di tahun 2017 di 6 Provinsi.

Dengan mempertimbangkan situasi beban penyakit rubella dan CRS di Indonesia, yang mengancam bayi dan anak-anak Indonesia, maka direkomendasikan agar dilakukan kampanye imunisasi MR dengan sasaran usia 9 bulan sampai dengan ketentuan waktu yang berlaku

Sebagai Contoh Kabupaten Teluk Bintuni yang sangat welcome dengan adanya imunisasi Rubella



Pencapaian imunisasi Measles Rubella fase ke-2 untuk 28 provinsi ini memunculkan kabar baik dari Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Pasalnya capaian imunisasi MR di kabupaten tersebut menduduki nilai tertinggi dibandingkan kabupaten lain di Papua Barat. Oleh karena itu imunisasi yang di lakukan berhasil dan banyak menuai pujian masyarakat Kabupaten Teluk Bintuni.

Capaian imunisasi MR yang dilaksana sejak 1 Agustus 2018 itu kini telah melebihi target nasional 95%. Data dari pemerintah daerah Kabupaten Teluk Bintuni capaian imunisasi MR di sana sebesar 101,2%, yakni ada 18.538 anak usia 9 bulan sampai 15 tahun yang diimunisasi.

Padahal, target yang ditentukan oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia jumlah sasaran anak di Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebanyak 18.269 anak. Artinya sudah melewati jumlah yang ditargetkan.

Tetapi, data dari pemerintah daerah Kabupaten Teluk Bintuni menyatakan jumlah sasaran anak ada 21.452 anak. Sehingga cakupan imunisasi MR di sana belum bisa dikatakan mencapai Target, dan masih ada waktu hingga September 2018 untuk mencapainya.

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Berliana mengatakan jumlah capaian imunisasi sebanyak 18.538 itu berdasarkan hasil laporan yang dihimpun pada Senin (27/8) pukul 19.00 WIT. Terkait penolakan, Berliana mengaku memang ada, cuman tidak terlalau banyak.

Penolakan imunisasi memang ada, tapi itu tidak terlalu banyak. Tim Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi di masyarakat, di sekolah. Nah, karena itu dengan adanya pemahaman yang terstruktur masyarakat yang awalnya menolak berubah menjadi menerima dan welcome dengan adanya imunisasi MR.

Dengan adanya pelaksanaan imunisasi MR dengan capaian tinggi di Teluk Bintuni bisa menjadi motivasi bagi wilayah lain dan Teluk Bintuni bebas dari penyakit MR.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel